Saturday, November 1, 2014

Wageningen's dark side: The Suicides

Meskipun gw maupun Sakana nggak pernah ngalamin kejadian spooky di Wageningen, tapi kalau cerita serem sekilas dua kilas sih ada. Biasalah, cerita bunuh diri *enteng aja ngomongnya*. Penyebabnya? Denger-denger sih stress akademis. Maka dari itu, dengan semangat Halloween yang sudah lewat, mari simak kejadian bundir yang terangkum dalam pengetahuan gw:

The Ethiopian 
Kejadian ini lumayan femeus. Terjadi di tahun 2010 kalau nggak salah. Gw dan Sakana belum jadi mahasiswa di sana pada saat itu, tapi cerita ini menyebar kemana-mana. Alkisah seorang mahasiswa pria asal Ethiopia ngambil S2 di Wageningen. Dia tinggal di Bornsesteeg, sama kayak si Sakana (ya gw juga sih, sempet 4 bulan tinggal di sana). Gw lupa lantai berapa. Kabar burung mengatakan kalau ME ini mengalami stress yang lumayanlah, sampai-sampai dia nggak bisa ditinggal sendirian. Harus selalu ada yang nemenin. Akhirnya, teman-teman Ethiopia bergantian nemenin dia sepulang kuliah. Selepas kuliah, begitu masuk kamar pasti ada temen yang nemenin dia. Sampai pada suatu hari, entah kenapa teman senegaranya nggak bisa nemenin dia saat itu, lalu terjadilah peristiwa loncatnya dia dari balkon kamarnya. Bisikan-bisikan halus mengatakan dia jatuh di depan dumpster housing Bornsesteeg dengan kepala ngebentur besi (gw nggak tahu besi macam apa dan nggak berniat nyari tahu) yang ada di tanah, pecah. Hebohlah. Pihak Universitas, selain langsung ngambil tindakan untuk invesitgasi,pun nyediain konseling dari psikolog buat temen-temen yang tinggak satu koridor dengan ME ini, takut pada mengalami trauma. Setelah itu, kamar ME ini disewakan kayak biasa, tapi nggak pernah ada yang betah. Baru bentar, udah sign out. Baru bentar, udah sign out. Terakhir gw tahu, orang Cina nempatin kamar tersebut dan lumayan agak lama, mungkin udah ruwatan. Nah, selain itu gw nggak tahu ini bener apa nggak atau orang-orang cuma pengen nakut-nakutin gw aja, *who knows*, katanya ME ini sering menampakkan wujudnya di lobi bawah Bornseteeg dan orang-orang mengingatkan gw untuk nggak sering pulang malem. Pada saat itu gw memang masih tinggal di sana, gw masih santai menanggapi dengan bilang,’Ah, ya biarin aja, toh aku nggak tahu orangnya, kalau dia muncu paling aku kira mahasiswa biasa.’ Apa jawaban yang gw dapet? ‘Ya nggak gitu juga Ning, munculnya kan dengan kondisi kepala berdarah-darah.’ Kurang ajar.

The Chinese
Mahasiswa Cina. Salah satu housing, sebut saja kontainer Harweeg memiliki konsep kontainer housing *yaiyalah*. Jadi gini, tipe housing ini adalah tipe self contained alias housing yang di tiap kamarnya udah ada dapur dan kamar mandi. Modelnya adalah kontainer yang disusun berdampingan dn bersebrangan membentuk suatu kompleks. Menurut desas-desus, mahasiswa Cina (MC) ini melakukan bunuh diri dengan mengunci diri di dalam kamar terus menggunakan gas. Nah ini gw kurang paham juga sih, entah gas yang untuk dipakai masak atau gas apa. Yang jelas di MC ini ditemukan tewas di kamarnya setelah selang beberapa waktu dari kematiannya, udah mulai bau. Seorang temannya penasaran kenapa MC nggak muncul-muncul, yang kemudian dia putuskan untuk menyambangi dan curiga karena ada bau-bauan. Setelah itu gw nggak tahu apa yang terjadi di Harweeg, karena housing ini letaknya lumayan dari pusat kampus.

The Dutch
Mahasiswa Belanda (MB). Edan ini lumayan bikin heboh. Kejadiannya di Asserpark akhir 2012. Yes, di Asserpark housing gw!!!*babacaan* Kenapa yang ini lumayan bikin heboh? Karena yang bunuh diri mahasiswa Belanda yang kalau dipikir-pikir nggak segila anak internasional. Tetep lho stress akademik. Dia udah lama kuliah tapi belom beres-beres. Normalnya kan di sini, kalau lancar, total studi S1 dan S2 itu 5 tahun, dan entah dia udah S2 tahun ke berapa. Anyway, kejadiannya itu akhir 2012 di mana krisis jiwa raga yang gw alami sedang memuncak akibat tesis *hedann*, it was only two months left to finish everything, gw gila!! Atas nama Tuhan bersama orang-orang yang bekerja keras, gw banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Meskipun di perpustakaan pun gw banyakan nonton video Graham Norton daripada gawe, tapi gw merasa less guilty ketimbang cuma diam di kamar.
Perpustakaan Wageningen itu tutup jam 22.00 di hari biasa, dan gw biasanya pulang pada saat mau tutup. Gedungnya sendiri tutup jam 23.00 atau 23.30 gw lupa. Di hari kejadian itu entah kenapa gw capek bingit luar biasa aku sudah tak sanggup. Sampai housing jam 19 an, gw langsung makan, bebersih, dan bersiap tidur. Sebelum jam 8 gw udah semaput bablas tidur. Keesokan harinya, gw keluar rumah jam 7 pagi, keadaan normal kayak biasa. Sumpah, normal banget. Sampai ruang kerja, biasalah cek-cek imel pagi dan sosmed sampai seorang teman nyamperin dan bilang,’Tadi malem ada yang bunuh diri di Asserpark ya? Gimana ceritanya?’ Gw bengong, pake banget. Semalem nggak denger ribut-ribut apa-apa dan paginya semua normal, nggak ada bekas darah, police line whatsoever. Setelah usut sana-sini, jadi memang malam itu sekitar jam 22 ada seorang yang loncat dari lantai delapan, seorang mahasiswa S2 asal Belanda. Dan udah, gitu thok, gw nggak ngerti prosedur yang dilakukan apa oleh Univ dan kepolisian setempat, tapi yang pasti semuanya rapi banget, seolah-olah nggak ada yang terjadi.
Beberapa hari setelah itu, gw sebagai tenant Asserpark dapat email resmi tentang peristiwa bunuh diri dan melihat kertas yang ditempel di sekitar housing, isinya foto si MB dan surat yang ditulis oleh kakak si MB menyatakan bahwa dia nggak percaya itu terjadi dan kalau ada siapapun yang punya teori/dugaan mengenai apa yang sebenarnya adiknya sedang alami, tolong hubungi dia. Di depan lift housing pun disediakan buku untuk siapapun yang mau menuliskan belasungkawa. Foto MB ada di sudut-sudut kampus dan masuk majalah kampus. Hidup sih berjalan biasa aja setelah kejadin itu, tapi gw aja yang jadi tersugesti hal-hal yang enggak-enggak. Tiap pulang malam yang biasanya parno saat bersepeda, justru parnonya pindah jadi ketika sudah sampai sekitar housing. Ngunci sepeda, lalu jalan cepet menuju lift. Mana pulak lift di housing gw cuma ada dua biji dan yang satu sering rusak, yasalam, nunggu lift jadi saat-saat yang mengerikan. Belum lagi gw tahu mukanya si MB kayak apa, gimana kalau pas lift kebuka yang muncul adalah si MB. Semaput gw. Atau kalau semangat sporty sedang menggelora, kadang gw naik tangga ke kamar gw, gimana kalau pada saat naik, gw papasan sama MB yang notabene dulunya tinggal di lantai 8. Cepirit gw. Tapi sampai sekarang gw masih amazed karena saat kejadian bisa-bisanya gw pulang dan bobok cepet. Kalau itu nggak gw lakukan besar kemungkinan gw jadi saksi kejadian terebut. Amit-amit ya Robbi!!!

The Latino
Gw nggak tahu pasti akan yang satu ini. Ini terjadi ketika gw sudah pulang. Cuma denger selentingan mahasiswa asal Amerika Latin bunuh diri. Ditemukan beberapa waktu seteah peristiwa terjadi, ya udah mulai bau lah. Entah gimana cara bunuh dirinya da entah alasan apa. Tapi suspek pertama selalu stress akademis.


Wageningen itu emang cuma desa seiprit, dengan sebagian besar pendudukya merupakan mahasiswa. Just a perfect place to study with a nice and positive vibe. Tapi yaaaaaa.....every city has its dark strory. Begitupun dengan Wageningen. 


-cchocomint-

3 comments:

  1. waduh jadi nostalgia,.... yg mahasiswa ethiopia itu kejadiannya tgl 23 februari 2011, sekitar jam 7 malem, penghuni 5c8. Ik mantan penghuni koridor C yg sempat melongok dari balkon, ngeliat jenazah sebelum dibawa pulisi.

    ReplyDelete
  2. Nostalgianya kok peristiwa bunuh diri...hihihihihi...pengen tebak-tebak buah maggis deh, ini bapaknya Fadlan yakkk...

    ReplyDelete
  3. aku subrent 5c7 des11-jun12 so taulah ceritanya dari yg empunya kamar, gimana stressnya dia ihhihiiii..

    ReplyDelete