Meskipun gw maupun Sakana nggak pernah ngalamin kejadian spooky di Wageningen, tapi kalau
cerita serem sekilas dua kilas sih ada. Biasalah, cerita bunuh diri *enteng aja
ngomongnya*. Penyebabnya? Denger-denger sih stress akademis. Maka dari itu, dengan semangat Halloween yang sudah lewat, mari simak kejadian bundir yang terangkum dalam
pengetahuan gw:
The Ethiopian
Kejadian ini lumayan femeus. Terjadi di tahun 2010 kalau nggak salah. Gw
dan Sakana belum jadi mahasiswa di sana pada saat itu, tapi cerita ini menyebar
kemana-mana. Alkisah seorang mahasiswa pria asal Ethiopia ngambil S2 di
Wageningen. Dia tinggal di Bornsesteeg, sama kayak si Sakana (ya gw juga sih,
sempet 4 bulan tinggal di sana). Gw lupa lantai berapa. Kabar burung mengatakan
kalau ME ini mengalami stress yang lumayanlah, sampai-sampai dia nggak bisa
ditinggal sendirian. Harus selalu ada yang nemenin. Akhirnya, teman-teman Ethiopia
bergantian nemenin dia sepulang kuliah. Selepas kuliah, begitu masuk kamar
pasti ada temen yang nemenin dia. Sampai pada suatu hari, entah kenapa teman
senegaranya nggak bisa nemenin dia saat itu, lalu terjadilah peristiwa
loncatnya dia dari balkon kamarnya. Bisikan-bisikan halus mengatakan dia jatuh
di depan dumpster housing Bornsesteeg dengan kepala ngebentur besi (gw nggak
tahu besi macam apa dan nggak berniat nyari tahu) yang ada di tanah, pecah.
Hebohlah. Pihak Universitas, selain langsung ngambil tindakan untuk
invesitgasi,pun nyediain konseling dari psikolog buat temen-temen yang tinggak
satu koridor dengan ME ini, takut pada mengalami trauma. Setelah itu, kamar ME
ini disewakan kayak biasa, tapi nggak pernah ada yang betah. Baru bentar, udah
sign out. Baru bentar, udah sign out. Terakhir gw tahu, orang Cina nempatin
kamar tersebut dan lumayan agak lama, mungkin udah ruwatan. Nah, selain itu gw
nggak tahu ini bener apa nggak atau orang-orang cuma pengen nakut-nakutin gw
aja, *who knows*, katanya ME ini sering menampakkan wujudnya di lobi bawah
Bornseteeg dan orang-orang mengingatkan gw untuk nggak sering pulang malem.
Pada saat itu gw memang masih tinggal di sana, gw masih santai menanggapi
dengan bilang,’Ah, ya biarin aja, toh aku nggak tahu orangnya, kalau dia muncu
paling aku kira mahasiswa biasa.’ Apa jawaban yang gw dapet? ‘Ya nggak gitu
juga Ning, munculnya kan dengan kondisi kepala berdarah-darah.’ Kurang ajar.
The Chinese
Mahasiswa Cina. Salah satu housing, sebut saja kontainer Harweeg memiliki
konsep kontainer housing *yaiyalah*. Jadi gini, tipe housing ini adalah tipe
self contained alias housing yang di tiap kamarnya udah ada dapur dan kamar
mandi. Modelnya adalah kontainer yang disusun berdampingan dn bersebrangan
membentuk suatu kompleks. Menurut desas-desus, mahasiswa Cina (MC) ini
melakukan bunuh diri dengan mengunci diri di dalam kamar terus menggunakan gas.
Nah ini gw kurang paham juga sih, entah gas yang untuk dipakai masak atau gas
apa. Yang jelas di MC ini ditemukan tewas di kamarnya setelah selang beberapa
waktu dari kematiannya, udah mulai bau. Seorang temannya penasaran kenapa MC
nggak muncul-muncul, yang kemudian dia putuskan untuk menyambangi dan curiga
karena ada bau-bauan. Setelah itu gw nggak tahu apa yang terjadi di Harweeg,
karena housing ini letaknya lumayan dari pusat kampus.
The Dutch
Mahasiswa Belanda (MB). Edan ini lumayan bikin heboh. Kejadiannya di
Asserpark akhir 2012. Yes, di Asserpark housing gw!!!*babacaan* Kenapa yang ini
lumayan bikin heboh? Karena yang bunuh diri mahasiswa Belanda yang kalau
dipikir-pikir nggak segila anak internasional. Tetep lho stress akademik. Dia
udah lama kuliah tapi belom beres-beres. Normalnya kan di sini, kalau lancar,
total studi S1 dan S2 itu 5 tahun, dan entah dia udah S2 tahun ke berapa.
Anyway, kejadiannya itu akhir 2012 di mana krisis jiwa raga yang gw alami
sedang memuncak akibat tesis *hedann*, it was only two months left to finish
everything, gw gila!! Atas nama Tuhan bersama orang-orang yang bekerja keras,
gw banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Meskipun di perpustakaan pun gw
banyakan nonton video Graham Norton daripada gawe, tapi gw merasa less guilty
ketimbang cuma diam di kamar.
Perpustakaan Wageningen itu tutup jam 22.00 di hari biasa, dan gw biasanya
pulang pada saat mau tutup. Gedungnya sendiri tutup jam 23.00 atau 23.30 gw
lupa. Di hari kejadian itu entah kenapa gw capek bingit luar biasa aku sudah
tak sanggup. Sampai housing jam 19 an, gw langsung makan, bebersih, dan bersiap
tidur. Sebelum jam 8 gw udah semaput bablas tidur. Keesokan harinya, gw keluar
rumah jam 7 pagi, keadaan normal kayak biasa. Sumpah, normal banget. Sampai
ruang kerja, biasalah cek-cek imel pagi dan sosmed sampai seorang teman
nyamperin dan bilang,’Tadi malem ada yang bunuh diri di Asserpark ya? Gimana
ceritanya?’ Gw bengong, pake banget. Semalem nggak denger ribut-ribut apa-apa
dan paginya semua normal, nggak ada bekas darah, police line whatsoever. Setelah
usut sana-sini, jadi memang malam itu sekitar jam 22 ada seorang yang loncat
dari lantai delapan, seorang mahasiswa S2 asal Belanda. Dan udah, gitu thok, gw
nggak ngerti prosedur yang dilakukan apa oleh Univ dan kepolisian setempat,
tapi yang pasti semuanya rapi banget, seolah-olah nggak ada yang terjadi.
Beberapa hari setelah itu, gw sebagai tenant Asserpark dapat email resmi
tentang peristiwa bunuh diri dan melihat kertas yang ditempel di sekitar
housing, isinya foto si MB dan surat yang ditulis oleh kakak si MB menyatakan
bahwa dia nggak percaya itu terjadi dan kalau ada siapapun yang punya
teori/dugaan mengenai apa yang sebenarnya adiknya sedang alami, tolong hubungi
dia. Di depan lift housing pun disediakan buku untuk siapapun yang mau
menuliskan belasungkawa. Foto MB ada di sudut-sudut kampus dan masuk majalah
kampus. Hidup sih berjalan biasa aja setelah kejadin itu, tapi gw aja yang jadi
tersugesti hal-hal yang enggak-enggak. Tiap pulang malam yang biasanya parno
saat bersepeda, justru parnonya pindah jadi ketika sudah sampai sekitar
housing. Ngunci sepeda, lalu jalan cepet menuju lift. Mana pulak lift di
housing gw cuma ada dua biji dan yang satu sering rusak, yasalam, nunggu lift
jadi saat-saat yang mengerikan. Belum lagi gw tahu mukanya si MB kayak apa,
gimana kalau pas lift kebuka yang muncul adalah si MB. Semaput gw. Atau kalau
semangat sporty sedang menggelora, kadang gw naik tangga ke kamar gw, gimana kalau pada saat naik, gw papasan sama MB yang notabene dulunya
tinggal di lantai 8. Cepirit gw. Tapi sampai sekarang gw masih amazed karena
saat kejadian bisa-bisanya gw pulang dan bobok cepet. Kalau itu nggak gw
lakukan besar kemungkinan gw jadi saksi kejadian terebut. Amit-amit ya Robbi!!!
The Latino
Gw nggak tahu pasti akan yang satu ini. Ini terjadi ketika gw sudah pulang.
Cuma denger selentingan mahasiswa asal Amerika Latin bunuh diri. Ditemukan
beberapa waktu seteah peristiwa terjadi, ya udah mulai bau lah. Entah gimana
cara bunuh dirinya da entah alasan apa. Tapi suspek pertama selalu stress akademis.
Wageningen itu emang cuma desa seiprit, dengan sebagian besar pendudukya
merupakan mahasiswa. Just a perfect place to study with a nice and positive
vibe. Tapi yaaaaaa.....every city has its dark strory. Begitupun dengan
Wageningen.
-cchocomint-
waduh jadi nostalgia,.... yg mahasiswa ethiopia itu kejadiannya tgl 23 februari 2011, sekitar jam 7 malem, penghuni 5c8. Ik mantan penghuni koridor C yg sempat melongok dari balkon, ngeliat jenazah sebelum dibawa pulisi.
ReplyDeleteNostalgianya kok peristiwa bunuh diri...hihihihihi...pengen tebak-tebak buah maggis deh, ini bapaknya Fadlan yakkk...
ReplyDeleteaku subrent 5c7 des11-jun12 so taulah ceritanya dari yg empunya kamar, gimana stressnya dia ihhihiiii..
ReplyDelete