Monday, November 24, 2014

Wageningen Neighborhood

Di episode ke-4 Wageningen Challenge yang sumpah bikin ngakak, ada pertanyaan kategori nama-nama tempat di Wageningen. Kalau Number 3 dan Zodiac udah tau dong kayak gimana dari postingan sebelumnya. Nah mari kita bahas Emmaus dan Toko Indrani di postingan ini.

Wageningen itu kota kecil.

Saking kecilnya sampe sering dibilang desa dibandingkan kota. Cukup 3-4 jam buat ngelilingin kotanya naik sepeda. Pusat kotanya atau yang disebut Centrum cuma sepanjang pandangan mata. Seperti di kota-kota Belanda lainnya, Centrum biasanya berisi pertokoan, bar/restoran, bioskop, gereja dan kantor walikota. Salah dua pertokoan yang ada namanya Emmaus dan Indrani.

Emmaus itu toko barang second favorit mahasiswa internasional. Letaknya di belakang kantor walikota. Barang2 mulai dari furniture, alat dapur, perkakas listrik, sepeda, ampe buku bisa ditemukan di sana. Bagus atau nggaknya untung2an, biasanya lebih awal kita datang kemungkinan dapetin barang bagus lebih tinggi. Gw sendiri dapet microwave yang lumayan bagus dan keliatan masih baru dengan harga hanya 20 euro aja.

Ga boleh bawa ikan, bau! (pic credit: here)
Emmaus cuma buka hari Rabu dan Sabtu aja. Kenapa? Karena Rabu dan Sabtu tuh hari Open Market di Wageningen, jadi orang yang dateng ke Centrum lebih banyak.

Ga jauh dari Emmaus, ada toko yang jual bahan makanan asia (dan aprika) namanya Toko Indrani. Pengen beli sambel? Indomie? Teh sosro kotak? Sayur Kangkung? Gambas? Kecap cap B*ng*? Ada semua di sini. Bahan makanan Indonesia lumayan lengkap, makleum yang beli juga banyak. Jangan konversiin harganya dari Euro ke Rupiah, pastinya bakal lebih mahal dari yang di Indonesia (ya menurut ngana...). Selain itu ada juga bahan makanan Cina, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, dan masih banyak lagi.

Toko Indrani
Selain dua toko di atas, masih banyak toko-toko lainnya. Untuk yang di jalan utama Centrum, biasanya banyak diisi toko baju. Semacem HEMA, Blokker, Kruidvat, Etos, dll. Jadi pas di episode itu cchocomint nanya: deket HEMA? deket Blokker? deket Kruidvat?? Lha wong itu toko sebelah-sebelahan! Kalo deket ma HEMA ya otomotis deket blokker, etos and kruidvat juga *ngakak guling2*

Tuh yang ijo sebelah kiri tuh HEMA Di sampingnya Etos. Di sampingnya lagi Blokker (plang oren) 
Nah, kalo untuk supermarket adanya ga di sepanjang jalan utama Centrum, tapi di sekitarannya semacem Action, AH (Albert Heijn), dan Lidl. Supermarket favorit gw tuh Lidl soalnya murah meriah harga bahan2 makanannya. Pun sebelahnya toko daging halal bernama Zam Zam. Kalo Action lebih ke supermarket barang (bukan bahan makanan). Barang2 yang dijual di Action ada yang normal maupun abnormal semisal sticker lipstick bermotif.

Siap ikut pesta topeng. Sticker lipstick, kumis, dan topeng semua beli di Action. 
Foto di atas kayaknya bakal menurunkan pasaran.....

Eniwei, setelah episode itu tayang, lumayan menuai banyak komentar. Terutama untuk si peng-iya-tidak-bisa-jadi, Teh Dewi. Sejak kapan Pashmina jadi alat sekolah??? Tapi yang paling parah adalah pas bagian Kaasbroodje.

cchocomint: "makanan Belanda?"
Teh Dewi: "iya"
cchocomint: "roti?"
Teh Dewi: "tidak"
cchocomint: "keju?"
Teh Dewi: "tidak"
cchocomint: "dimasak?"
Teh Dewi: "bisa jadi"
cchocomint: "salad?" (serius, sejak kapan salad di masak? lol)

Okeh, kaas = keju, brood = roti. Kenapa Teh Dewi malah jawab tidak???? Menurut pembelaan si teteh, katanya Kaasbroodje mah kue bukan roti. Mari kita lihat seperti apa penampakan kaasbroodje:

Kaasbroodje. Ukuran sekitar 5x15 cm. Semacam pastry.
Silahkan pemirsah yang menilai, apakah dari penampakannya Kaasbroodje masuk ke kategori roti atau kue?

-sakana-












Friday, November 14, 2014

The Wageningen Challenge #4 - Wageningen Pintar Eat Bulaga

Tantangan yang ini terinspirasi dari salah satu acara tv bertajuk Indonesia Pintar Eat Bulaga. Awalnya gw sering liat di time line twitter kalau sedikit-sedikit mereka tulis,’BISA JADEEEE.’ Ih, ini apaan sik? Atas nama  FOMO *hyeukkk*, dicari tahu apa sih yang bikin mereka sedikit-sedikit ngetwit absurd kayak gitu. Akhirnya gw menemukan salah satu video Indonesia Pintar Eat Bulaga. Gw masih inget lho, kalau ngga salah itu Jumat tengah malam menjelang Sabtu dini hari gw nontonin video itu sampai ngakak jengkang. Setelah itu, gw asih tahu Teh Dewi dong acara tersebut. Nggak tahu kenapa ya, tidap ada video/tulisan (blog/artikel, dsb) yang alay-kampring-kampret-garing gimana gitu, gw tuh cenderung ngasih tahu Teh Dewi dan biasanya Teh Dewi meneruskan ke si Sakana. Begitulah adanya. Nah, inspirasi awal dari Wagenigen Challenge pada saat itu adalah video yang satu ini:



Edan dong, itu peserta udah kayak kesurupan. Semoga pita suaranya baik-baik saja. Amen.

Lalu tercetuslah untuk bikin Wageningen Pintar Eat Bulaga. Dengan dibantu mahasiswa stress lainnya di Wageningen (Nuning, Ayu, Teh Dewi), akhirnya tercipta soal-soal untuk dimainkan saat kuis. Supaya netral, yang bantuin kita untuk teriak ‘IYA,’ ‘BUKAN,’ dan ‘BISA JADEEEE,’ adalah Teh Dewi. Selain sebagai bagian dari The Wageningen Challenge ini pun adalah bukti bahwa mahasiswa S2 itu sama sekali nggak lebih jago dari anak SD. Kalau udah grogi dan dikejar waktu, tetep aja ngaco semua jawabannya, padahal gw udah ngetawain abis-abisan tuh bocah SD, taunya gw sendiri....meh. nggak percaya? Bisa dilihat di video berikut ini:


Dan ternyata  tantangan ini dimenangkan oleh Sakana dengan selisih satu poin. Itu pasti gara-gara pertanyaan-pertanyaan buat gw lebih susah daripada dia. Tidakkkkk!!!!

Lokasi tantangannya kalau nggak salah di kamarnya Nuning. Kenapa? Karena kamarnya selalu rapi jali dan bersih, tak ada debu barang seujung kuku!! Mana lagi kalau terjadi kebrutalan seperti kita makan-makan dan minum-minum di kamanya, kita dilarang cuci piring!!! Horeeee!!! Karena selain pada Tuhan, si Nuning hanya percaya sama dirinya sendiri, kalau orang lain cuci piringnya dia nggak yakin sudah memenuh kaidah mikrobiologi di mana semuanya harus steril.

Selain itu, kenapa dilakukan di Bornsesteeg dan bukan Asserpark adalah adanya undangan makan-makan dari....entah dari siapa. Pokonya ada acara makan-makan hari itu. Biasalah, Bornsesteeg kan pusat tata suryanya mahasiswa Indonesia di sana, nama pun semua mahasiswa tumplek di sana. Asserpark? Da itu mah housing apaan atuh.

Oiya, ngomongin Bornsesteeg sebagai pusat tata suryanya orang Indonesia, housing ini punya ruang serba guna bernama Number 3 di lobinya. Begitu masuk, tengok sebelah kanan ada ruangan lumayan gede dengan layar, meja dan kursi-kursi yang bisa digunakan oleh siapa pun secara gratis asal minta izin dulu sama caretaker di Bornsesteeg. Kadang dipakai untuk acara family gathering (orang mana pun), acara nonton bareng, buka puasa bareng, dan yang paling heitz untuk mahasiswa Indonesia adalah acara karaoke bareng.  

Tuh yang di kanan: Number 3.
Pic from here

Sejarahnya, konon, pada masanya, Number 3 itu merupakan pub. Karena di setiap housing itu emang punya pub. Asserpark, Hoevestein, dan Dijkgraaf pun punya pub yang biasanya buka pada hari tertentu (kalau Asserpark tiap kamis malam, kamu punya pilihan antara main ke pub atau  ngepet!!) atau kalau sedang ada event tertentu. Nah begitu juga dengan Bornsesteeg. Tapi, whisper on the street told me kalau pada suatu hari ditemukan tikus di sekitaran Number 3 tersebut. Artinya apa? berarti jorok dong ya ituh pub sampai bisa ada tikusnya, peristiwa ada kecoak sebiji aja harus lapor caretaker (tetep, di Bornsesteeg tuh ada kecoa. Penghuni Asserpark jumawa!!) dan dilakukan operasi pembersihan kecoa di setiap kamar, gile kan? Karena peristiwa tersebut, maka dilakkan alih fungsi sebagai ruang serba guna untuk siapapun yang mau pakai. Kalau pub kan cenderung penuh barang, jorok, remang-remang. Setelah jadi ruang serba guna jadi lebih lowong karena sedikit barang dan semua yang menggunakan harus membersihkan seperti semula.

Gilak yak, tiap gw cerita kayaknya Bornsesteeg itu tempat yang mengerikan bingits yak?! Hahahahahaha...enggak juga sih, ya kalau lebih senang segala sesuatu terfasilitasi di kamar sendiri dan banyak teman-teman Indonesia, ya tinggalah di sini. Asserpark juga kampret kok, tapi beda tipe kampret sama Bornsesteeg, it's just so Dutch, the kampretness is just so Dutch, nanti kita bicarakan.

-cchocomint-

Saturday, November 1, 2014

Wageningen's dark side: The Suicides

Meskipun gw maupun Sakana nggak pernah ngalamin kejadian spooky di Wageningen, tapi kalau cerita serem sekilas dua kilas sih ada. Biasalah, cerita bunuh diri *enteng aja ngomongnya*. Penyebabnya? Denger-denger sih stress akademis. Maka dari itu, dengan semangat Halloween yang sudah lewat, mari simak kejadian bundir yang terangkum dalam pengetahuan gw:

The Ethiopian 
Kejadian ini lumayan femeus. Terjadi di tahun 2010 kalau nggak salah. Gw dan Sakana belum jadi mahasiswa di sana pada saat itu, tapi cerita ini menyebar kemana-mana. Alkisah seorang mahasiswa pria asal Ethiopia ngambil S2 di Wageningen. Dia tinggal di Bornsesteeg, sama kayak si Sakana (ya gw juga sih, sempet 4 bulan tinggal di sana). Gw lupa lantai berapa. Kabar burung mengatakan kalau ME ini mengalami stress yang lumayanlah, sampai-sampai dia nggak bisa ditinggal sendirian. Harus selalu ada yang nemenin. Akhirnya, teman-teman Ethiopia bergantian nemenin dia sepulang kuliah. Selepas kuliah, begitu masuk kamar pasti ada temen yang nemenin dia. Sampai pada suatu hari, entah kenapa teman senegaranya nggak bisa nemenin dia saat itu, lalu terjadilah peristiwa loncatnya dia dari balkon kamarnya. Bisikan-bisikan halus mengatakan dia jatuh di depan dumpster housing Bornsesteeg dengan kepala ngebentur besi (gw nggak tahu besi macam apa dan nggak berniat nyari tahu) yang ada di tanah, pecah. Hebohlah. Pihak Universitas, selain langsung ngambil tindakan untuk invesitgasi,pun nyediain konseling dari psikolog buat temen-temen yang tinggak satu koridor dengan ME ini, takut pada mengalami trauma. Setelah itu, kamar ME ini disewakan kayak biasa, tapi nggak pernah ada yang betah. Baru bentar, udah sign out. Baru bentar, udah sign out. Terakhir gw tahu, orang Cina nempatin kamar tersebut dan lumayan agak lama, mungkin udah ruwatan. Nah, selain itu gw nggak tahu ini bener apa nggak atau orang-orang cuma pengen nakut-nakutin gw aja, *who knows*, katanya ME ini sering menampakkan wujudnya di lobi bawah Bornseteeg dan orang-orang mengingatkan gw untuk nggak sering pulang malem. Pada saat itu gw memang masih tinggal di sana, gw masih santai menanggapi dengan bilang,’Ah, ya biarin aja, toh aku nggak tahu orangnya, kalau dia muncu paling aku kira mahasiswa biasa.’ Apa jawaban yang gw dapet? ‘Ya nggak gitu juga Ning, munculnya kan dengan kondisi kepala berdarah-darah.’ Kurang ajar.

The Chinese
Mahasiswa Cina. Salah satu housing, sebut saja kontainer Harweeg memiliki konsep kontainer housing *yaiyalah*. Jadi gini, tipe housing ini adalah tipe self contained alias housing yang di tiap kamarnya udah ada dapur dan kamar mandi. Modelnya adalah kontainer yang disusun berdampingan dn bersebrangan membentuk suatu kompleks. Menurut desas-desus, mahasiswa Cina (MC) ini melakukan bunuh diri dengan mengunci diri di dalam kamar terus menggunakan gas. Nah ini gw kurang paham juga sih, entah gas yang untuk dipakai masak atau gas apa. Yang jelas di MC ini ditemukan tewas di kamarnya setelah selang beberapa waktu dari kematiannya, udah mulai bau. Seorang temannya penasaran kenapa MC nggak muncul-muncul, yang kemudian dia putuskan untuk menyambangi dan curiga karena ada bau-bauan. Setelah itu gw nggak tahu apa yang terjadi di Harweeg, karena housing ini letaknya lumayan dari pusat kampus.

The Dutch
Mahasiswa Belanda (MB). Edan ini lumayan bikin heboh. Kejadiannya di Asserpark akhir 2012. Yes, di Asserpark housing gw!!!*babacaan* Kenapa yang ini lumayan bikin heboh? Karena yang bunuh diri mahasiswa Belanda yang kalau dipikir-pikir nggak segila anak internasional. Tetep lho stress akademik. Dia udah lama kuliah tapi belom beres-beres. Normalnya kan di sini, kalau lancar, total studi S1 dan S2 itu 5 tahun, dan entah dia udah S2 tahun ke berapa. Anyway, kejadiannya itu akhir 2012 di mana krisis jiwa raga yang gw alami sedang memuncak akibat tesis *hedann*, it was only two months left to finish everything, gw gila!! Atas nama Tuhan bersama orang-orang yang bekerja keras, gw banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Meskipun di perpustakaan pun gw banyakan nonton video Graham Norton daripada gawe, tapi gw merasa less guilty ketimbang cuma diam di kamar.
Perpustakaan Wageningen itu tutup jam 22.00 di hari biasa, dan gw biasanya pulang pada saat mau tutup. Gedungnya sendiri tutup jam 23.00 atau 23.30 gw lupa. Di hari kejadian itu entah kenapa gw capek bingit luar biasa aku sudah tak sanggup. Sampai housing jam 19 an, gw langsung makan, bebersih, dan bersiap tidur. Sebelum jam 8 gw udah semaput bablas tidur. Keesokan harinya, gw keluar rumah jam 7 pagi, keadaan normal kayak biasa. Sumpah, normal banget. Sampai ruang kerja, biasalah cek-cek imel pagi dan sosmed sampai seorang teman nyamperin dan bilang,’Tadi malem ada yang bunuh diri di Asserpark ya? Gimana ceritanya?’ Gw bengong, pake banget. Semalem nggak denger ribut-ribut apa-apa dan paginya semua normal, nggak ada bekas darah, police line whatsoever. Setelah usut sana-sini, jadi memang malam itu sekitar jam 22 ada seorang yang loncat dari lantai delapan, seorang mahasiswa S2 asal Belanda. Dan udah, gitu thok, gw nggak ngerti prosedur yang dilakukan apa oleh Univ dan kepolisian setempat, tapi yang pasti semuanya rapi banget, seolah-olah nggak ada yang terjadi.
Beberapa hari setelah itu, gw sebagai tenant Asserpark dapat email resmi tentang peristiwa bunuh diri dan melihat kertas yang ditempel di sekitar housing, isinya foto si MB dan surat yang ditulis oleh kakak si MB menyatakan bahwa dia nggak percaya itu terjadi dan kalau ada siapapun yang punya teori/dugaan mengenai apa yang sebenarnya adiknya sedang alami, tolong hubungi dia. Di depan lift housing pun disediakan buku untuk siapapun yang mau menuliskan belasungkawa. Foto MB ada di sudut-sudut kampus dan masuk majalah kampus. Hidup sih berjalan biasa aja setelah kejadin itu, tapi gw aja yang jadi tersugesti hal-hal yang enggak-enggak. Tiap pulang malam yang biasanya parno saat bersepeda, justru parnonya pindah jadi ketika sudah sampai sekitar housing. Ngunci sepeda, lalu jalan cepet menuju lift. Mana pulak lift di housing gw cuma ada dua biji dan yang satu sering rusak, yasalam, nunggu lift jadi saat-saat yang mengerikan. Belum lagi gw tahu mukanya si MB kayak apa, gimana kalau pas lift kebuka yang muncul adalah si MB. Semaput gw. Atau kalau semangat sporty sedang menggelora, kadang gw naik tangga ke kamar gw, gimana kalau pada saat naik, gw papasan sama MB yang notabene dulunya tinggal di lantai 8. Cepirit gw. Tapi sampai sekarang gw masih amazed karena saat kejadian bisa-bisanya gw pulang dan bobok cepet. Kalau itu nggak gw lakukan besar kemungkinan gw jadi saksi kejadian terebut. Amit-amit ya Robbi!!!

The Latino
Gw nggak tahu pasti akan yang satu ini. Ini terjadi ketika gw sudah pulang. Cuma denger selentingan mahasiswa asal Amerika Latin bunuh diri. Ditemukan beberapa waktu seteah peristiwa terjadi, ya udah mulai bau lah. Entah gimana cara bunuh dirinya da entah alasan apa. Tapi suspek pertama selalu stress akademis.


Wageningen itu emang cuma desa seiprit, dengan sebagian besar pendudukya merupakan mahasiswa. Just a perfect place to study with a nice and positive vibe. Tapi yaaaaaa.....every city has its dark strory. Begitupun dengan Wageningen. 


-cchocomint-

Monday, October 27, 2014

The Wageningen Challenge #3 - Tantangan Nonton Video Lucu

Di Tantangan ketiga The Wageningen Challenge, lagi-lagi kita kedatangan penantang tamu. Terbukti memang kalo TWC ini memang nge-heitzzzz sampe pada banyak yang pengen ikut tantangan.

Kali ini tantangannya adalah nonton video lucu tapi ga boleh ketawa. Biar makin seru, lokasi nontonnya di dalam perpustakaan gedung Forum. Supaya ketauan beneran ga ketawa pas lagi nonton video, mulut kita diisi air putih jadi kalo ketawa bakal langsung muncrat.

Oh iya biar adil, gw pilihin video buat ditonton cchocomint, trus si cchocomint milihin video buat gw. Penantang tamu kita kudu nonton dua2nya.



Sial bagi gw, malah penantang tamu yang menang. Hih.

Pas cchocomint ketawa sambil ngeces2, walaupun pelan tapi karena nontonnya di dalem perpus yang sepi jadi kedengeran lumayan kenceng. Orang2 yang lagi pada duduk di lingkaran ampe pada ngeliatin XD

Ini lho lingkarannya.
Photo credit: Frans Sellies
Kita sengaja pilih pas hari Sabtu karena biasanya perpus Forum hari Sabtu berubah fungsi jadi gedung KAA, isinya orang asia n aprika kabeh! Beda tipis lah ma gedung student housing gw.

Belajar di perpus Forum emang nyaman. Komputer disediain (kecuali di daerah lingkaran, khusus untuk laptop aja), monitor 22 inch, manapun internet cepet pisan. Saking nyamannya buat belajar, kompetisi memperebutkan komputer bakal berlangsung sengit pas lagi study week. Kalo ga salah sekarang ampe dibikinin app buat nunjukin berapa sisa komputer yang tersedia. Macem parkiran di mall aja. Selain nyaman buat belajar, buat nulis skripsi juga pewe banget. 

Ada yang unik dari meja2 komputer di perpus ini. Karena disesuaikan berdasarkan tinggi orang! Ada meja buat yang tingginya 160 cm, 170 cm, dan di atas 170 cm. Maklumlah orang Belanda kan badannya tingi2.

Yeah, you wish cchocomint!

Okeh, cukup ngomongin perpus, mari beralih ngomongin gedung Forum. Gedung ini tuh jadi inspirasi logonya WUR. Isinya ruang kelas, lab komputer, teaching lab, perpus 'n ada kantin juga (yang cuma buka jam2 tertentu aja). Kalo masih taun pertama, pasti banyak yang dapet kelas di gedung ini.

Gedung Forum
Foto ngambil dari web wur
Selain Forum ada gedung2 lainnya yang tersebar seantero Wageningen. Gedung2 ini khusus untuk Fakultas atau Program Studi biasanya. Jadi kantor 'n research lab ada di gedung2 selain Forum. Kalaupun ada ruang kelas/lab, jumlahnya terbatas. Namanya lucu2, ada Gaia, Zodiac, Lumen, Orion, dll. List lengkapnya bisa baca aja di sini

Sebelum pulang kampung, gw 'n cchocomint ngadain photoshoot di hampir seluruh gedung wur. Ini beberapa hasilnya:


 


Ehm... ato sebenarnya bukan di depan gedung tapi di plang nama2 gedungnya. Karena ga semua nama gedungnya gampang buat diucapin, macem "De Leeuwenbrorch", makanya tiap gedung juga punya nomor sendiri.

coba tebak yang mana cchocomint yang mana sepeda?

Hasil foto2 yang cchocomint kayaknya lebih banyak dan lebih robust. Udah 3 bijik yang dijadiin propic ma dia. Ih pasti karena tukang potonya jago.... :p


-sakana
  
 

Saturday, October 11, 2014

Slebor Saitama: Fit and Proper Test

Setiap gw menelisik ke belakang, gw suka mikir, 'Kok gw mau-maunya ngikutin si Sakana untuk ikutan challenge yang nggak pernah ada hadiahnya.' Paling banter ya dapet skor kalau lo berhasil memenangkan suatu tantangan. Tapi ada yang lain ketika kita bermain di Wageningen Challengen yang ke dua di mana si pemenang boleh memilih peran sebagai Slebor Saitama. Awalnya gw manggut-manggut oke dengan haidahnya, tapi terus gw mikir, 'HADIAH MATJAM APA INI PILIH PERAN SLEBOR SAITAMA?!?!'

Nah, yang lebih luar biasa adalah pembagian peran Slebor Saitama setelah tantangan dilakukan karena semua tetap pada posisinya masing-masing. Nah, karena sila ke lima Pancasila adalah 'Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia', maka mari ciptakan keadilan untuk pembagian peran ini *yaolo penting abis*. Untuk itu, ada baiknya dilakukan fit and proper tes dari segi kepantasan. Siapa paling pantas jadi siapa. Cekidot.

Pertama, perhatikan gambar di bawah ini dengan seksama. Lihat dalam-dalam.


Peran pertama sebagai si cantik dari Slebor Saitama, siapakah yang paling pas? 



 Peran kedua. Peran ini adalah peran yang diidam-idamkan Teh Dewi (tengah) ketika grup ini terbentuk. Dengan semangat 45 dia teriak,'Pokoknya gw mau jadi yang gendut!!' Setelah dia lihat kek apa perwujudan aslinya, langsung nggak mau, 'Ih, nggak ih, gw nggak mau jadi yang gendut.' Tapi setalh gw tilik-tilik, kok gw cocok juga jadi yang gendut!! It can't be!!


Peran ketiga sebagai Slebor Saitama penyakitan. Katanya sih gitu, penyakitan makanya pake masker. Ini adalah peran gw. Tapi kalau gw sih punya kecurigaan bahwa dia bukan penyakitan, tapi kumisan. Itulah alasan sebenarnya kenapa dia pakai masker.



 Gilak!!! Penentuan peran ini luar biasa sulit dan alot. Kalau pemirsa mau bantu, kami dengan senang hati menerima. Jangan lupa, sambil mikir siapa yang paling cocok jadi siapa, subscribe dan like juga video-video challengenya. Tschuss!!

-cchocomint-

Saturday, September 20, 2014

The Wageningen Challenge #2 - Tantangan Naik Tangga 20 Lantai

Akhirnya ngapdet lagi. Makleum kerjaan dunia nyata lagi menuntut perhatian lebih #gagaleksisdiduniamaya.



Di tantangan The Wageningen Challenge yang kedua ini terinspirasi dari si cchocomint yang hobi lari (dari kenyataan). Seriusan, walopun badannya kecil, tapi staminanya luar biasa! Pasti deh akibat asupan protein tinggi  dari selai kacang.



Gedung yang jadi venue untuk tantangan ini namanya Bornsesteeg. Di postingan sebelumnya si cchocomint udah ngasih tau sedikit cerita tentang gedung ini. Gw tinggal di lantai 19 (dari total 20 lantai). Pas jam rush hour, waktu gw sering tersita dengan perkara menunggu lift. Makanya kalo mo kalkulasi waktu tempuh, kudu ditambah dengan waktu menunggu lift. Kira-kira bisa sampe 5 - 7 menit lah. Padahal itupun satu gedung udah ada 3 lift yang masing2 berenti di lantai berbeda. Jadi misalkan lift yang biasa gw pake tuh cuma berenti di lantai 1, 4, 7, 10, 13, 16, dan 19. Kalo lift lantai gw lagi rusak, artinya harus pake lift lain trus naik atau turun satu lantai lewat tangga menuju lantai2 itu.



Ada penantang tamu yang ikut andil. Sebut saja namanya Teh Dewi. Bersama gw, cchocomint, dan teh Dewi, kita bertiga dipanggil dengan sebutan Trio Slebor Saitama. Entah gimana cerita awal terbentuknya, yang pasti pas lagi makan di all-you-can-eat sushi, dan gw sedang khusyuk makan. Tepat saat nyuap sushi nomor sekian di ronde kesekian, tiba-tiba aja gw didaulat masuk ke kelompok Trio Slebor Saitama.



Kemunculan perdana Trio Slebor Saitama
Buat yang ga tau, Slebor Saitama itu adalah geng tiga remaja putri SMA yang muncul di Crayon Shin-chan.

Foto sebelumnya ngikutin pose di gambar ini


Gw juga ga ngerti gimana pembagian perannya, sekonyong-konyong gw jadi si ketua, cchocomint jadi yang mukanya ditutup, dan Teh Dewi jadi yang si gendut. Berhubung Teh Dewi ga terima jadi si gendut, maka di tantangan ini hadiahnya boleh milih mau jadi Slebor Saitama yang mana (sungguh signipikan).  







Pada akhirnya, semua tetap pada perannya masing-masing, orz....



Sekedar info, di Belanda menggunakan sistem "lantai 0" sebagai lantai dasar, bukan "lantai 1". Jadi sebenarnya kita naik tangga 21 tingkat bukan 20. Pas balik ke Indonesia, gw sempet bingung mo mencet tombol lift karena ga nemu lantai 0 #sakanasokjadioranglondo



Panah merah: tempat gw tinggal (Bornsesteeg). Panah biru: tempat cchocomint tinggal (Asserpark)

Kalo diliat dari gambar peta di atas, bentuk gedung housing tempat gw 'n cchocomint tinggal emang bentuknya kayak shuriken ninja gitu. Efisiensi lahan kalo menurut gw. Maklumlah, di sana lahan terbatas. Selain Bornsesteeg 'n Asserpark, masih ada gedung2 housing lainnya yang bentuknya sama. Standar biaya sewa masing-masing gedung beda2. Kalo ga salah sih Bornsesteeg termasuk yang mahal #sakanaorangkaya. Lebih mahal karena ga ada sharing facilities. Semua kamar punya dapur sendiri. Walopun tiap koridor ada common toilet/shower, tapi ada juga yang punya kamar mandi di dalem. Istilahnya self-contain. Nah, kamar gw yang self-contain itu #sakanaorangkaya. Karena masing2 udah punya fasilitas sendiri, makanya cenderung individualis (meskipun perusahaan yang ngelola Bornsesteeg namanya Idealis). Cocok lah buat gw yang rada anti sosial. Nah kalo gedung si cchocomint mah semua fasilitasnya sharing (kecuali kamar, ya iyalah....). Sosialita mah pantes lah tinggal di Asserpark.

Hyuk ah udah panjang nulisnya, ntar inpo ga pentingnya makin panjang. Sebelum nge-close page ini, jangan lupa ya subscribe channel yatup gw ya :)



Friday, September 5, 2014

Bukan Sakana Berbicara

Haluuuuu!!!!!

Kalo Hana ngomongin terciptanya ide pertama tentang The Wageningen Challenge, gw mau cerita tentang pertama kali ketemu Hana *ciyehhhhh* *gilak gw normal yak* *takut pasaran turun*. Jadi gw pertama kali ketemu Hana itu tahun 2011 di pre departure event yang diadain di Erasmus Huis. Pada saat itu gw masih melafalkan ‘Erasmus Huis’ dengan ‘Erasmus Huis’, sekarang udah agak cakep dikit, udah tahu kalau pelafalannya ‘Erasmus Haus.’

Gw inget tuh si Hana cerita kalau dia udah keterima di WUR blablablabla tapi proses beasiswa masih ngaret, ya ketebaklah provider beasiswanya siapa *toyor*, jadi dia harus gimana. Pada saat itu gw cuma manggut-manggut aja ngedengerin, mau nanya bingung juga nanya apa, nggak kebayang kehidupan di Belanda kayak apa, cuma ngebayangin banyak yang mirip Edwin van der Sar kali yak. Habis itu gw liat si Hana berdiri, bujubuset, tinggi amat!! Tapi gw sih optimis, boleh jadi  Hana tinggi badannya, tapi tetep, gw sih lebih tinggi hatinya *lha kok bangga?!*

Abis gituh kehidupan awal di Wageningen berjalan normal. Gw juga nggak tahu sih gimana awalnya gw bisa memiliki pergaulan bebas dengan si Hana, gw tuh tinggalnya di Asserpark, housing dengan mahasiswa Indonesia terjarang!!! Isine didominasi wong londo, tapi percuma aku tetep nggak bisa bahasa Belanda. Di taun kedua gw di Wageningen itu, di Asserpark, cuma gw satu-satunya mahasiswa Indonesia. Dari sekitar 360 kamar, cuma satu kamar diisi mahasiswa Indonesia, yaitu gw, I’am the tropical Queen!! Moahahahahahahah *ini cerita apa sik* Dan si Hana itu tinggal di Bornsesteeg, julukannya tuh housing Indonesia-Aprika, karena didominasi orang Indonesia dan Aprika. Enaknya kalo lg pengen ngumpul sm temen Indonesia jadi gampang, tapi  ter-developing country gituh jadinya *edun, ngata-ngatain, padahal gw pun dari developing country*. Mentalnya bok, masa’ ada paket kiriman buat orang lain gitu suka ada yang ngebuka, kadang ada yang ngambil. Terus kalo buang barang tuh di depan koridor masing-masing, banyak hal-hal chaotic lah  bok. Cuma pergi ke kamar mandi komunal sebentar aja, perlu tuh ngunci pintu kamar. Sedangkan gw? Bobok malem aja kaga gw kunci, aman-aman aja, ga ada yang masuk, padahal emang tujuan nggak gw kunci biar tetangga londo gw nyusup gitu ke kamar gw.   

Kenapa sih gw tuh kalo cerita nggak jelas nggak pokus gitu?!

Sekarang bahas nama panggung aja, si Hana tuh udah pake nama Sakana sebagai nama panggung, dan gw belum punya panggung, gimana ini? Atau biar lebih menghayati, gw pake nama panggung Helo Kiti aja sebagai saingan Hana di #CHSI?!

*berpikir keras selama zehntausenneunhundertsechundzwanzig detik* *coba tebak gw mikir berapa detik?* *kenapa sih orang Yerman hobi nyatu-nyatuin kata, hih!* *kenapa nggak nyatuin hati aku sama hati kamu aja Mz?!*

Aha!! Gw pake nama panggung cchocomint aja!! Biar ada filosofinya, choco itu dari coklat, itu kan manis, sedangkan mint itu agak pait sriwing-sriwing. Ya begitulah hidup, nggak selalu manis, tapi kadang pait sriwing-sriwing, tapi tetep enak dan bisa dinikmati. Kenapa cchocomint dengan double ‘c’, kalau c-nya satu nanti pasti udah ada yang pake, bwekkk!!

Ya udah, kalau gitu, judul tulisan ini yang asalanya ‘Bukan Sakana Berbicara’ gw ralat jadi ‘cchocomint berbicara’ *ketok palu tiga kali*


 -cchocomint-

Thursday, August 21, 2014

The Wageningen Challenge ep.1 - Tantangan Makan Subway 30cm

Alkisah lebih dari setahun yang lalu, gw 'n Bening ditraktir temen yang baru beres sidang tesis ngupi2 di Subway. Pas lagi ngobrol ngalor ngidul tentang beratnya kehidupan akademis di Wageningen *tsaaah...*, gw cerita kalo waktu jaman S1 dulu pernah makan nasi padang bungkus dalam waktu 7 menit. Kemudian tercetuslah ide tantangan makan Subway 30 cm dalam 3 menit.

Di tantangan ini cuma gw doang yang makan. Walopun si Bening juga tukang makan, tapi dia tipe yang santai, sikit2, dan kontinu. Jadi demennya ngemil tanpa henti. Berikan Bening 1 toples selai kacang, maka ga nyampe seminggu bakal dikokop sampe habis. Kalo atlet binaraga biasa minum protein shake, nah kalo Bening mah protein selai kacang.

Sedangkan gw tipe tukang makan yang masif, cepat, dan terstruktur. Ga terlalu doyan ngemil karena lebih suka makan besar. Selalu kuat makan all-you-can-eat sushi 5 ronde dan ga pernah mual/muntah setelahnya. Ngunyah makan cuma sebagai formalitas, biasanya mah kalo bisa telen aja langsung. Makanya gw cocok buat tantangan makan cepet.

Awalnya sih karena berasal dari ide impulsif, ga bakal dibuat videonya. Tapi berhubung gw pengen jadi femeus yatuber (iya ini sengaja typo), maka gw pun minta tolong Jovita buat ngerekamin proses tantangannya.



Sayang gw kalah. Pasti gegara si Bening yang bikin gw pengen ketawa mulu.

Oh iya, Subway ini satu-satunya resto fast food di Wageningen. Eh ada Domiino Pizza juga ding. Tapi yang pasti 2 resto ini baru buka pas taun 2013. Sebelumnya ga ada satu pun resto fast food di Wage. Kalo pengan makan McD, Burger King, ato KFC kudu ke kota tetangga, Arnhem. Kalo ada yang ke Arnhem pasti pada nitip minta dibeliin KFC. Pernah gw ketemu temen pas keluar lift mau ke Arnhem, trus tanggapannya: "oh, mau beli KFC ya?". Yee... dikate orang kalo ke Arnhem cuma mau beli KFC doang?

Yah begitulah, lantaran Wageningen ini kan udah tersohor sebagai kota dengan jumlah vegetarian terbanyak se-Belanda dan sangat sadar akan makanan sehat, makanya ga dibolehin ada resto fast food di situ. Subway dibolehin mungkin karena menyerupai sandwhich dan cenderung lebih sehat kali ya.

Begitulah awal kemunculan youtube series pertama gw: The Wageningen Challenge. Jangan lupa subscribe channel-nya juga ya :))

- H


Wednesday, August 20, 2014

Sakana Berbicara

Yo! Selamat datang di blog perpanjangan channel Youtube sakanaikanfish!

Sakanaikanfish adalah channel youtube yang mendedikasikan diri dalam membuat video youtube series ga penting ala variety show. Terkadang video dokumentasi travelling level amatir dan video random lainnya juga akan ditemukan di channel ini.

Informasi tentang bagaimana cara menemukan obat kanker atau mewujudkan perdamaian dunia tidak akan anda temukan di sini. Tetapi kami akan menyajikan informasi menarik (dan ga penting) yang luput dari sorotan kamera.